David Hollander dan World Basketball Day sebagai Bahasa Universal Dunia
Bagi David Hollander, bola basket bukan sekadar olahraga, melainkan bahasa universal yang mampu menyatukan manusia dan menumbuhkan rasa damai. (Foto: NBA)
Sedikit orang yang dapat mengklaim telah memicu sebuah gerakan global lintas negara dan budaya. David Hollander adalah salah satunya.
Profesor di Tisch Institute of Global Sport, New York University, itu dikenal sebagai pendiri World Basketball Day sekaligus penulis buku “How Basketball Can Save the World”.
Bagi Hollander, bola basket bukan sekadar olahraga, melainkan bahasa universal yang mampu menyatukan manusia dan menumbuhkan rasa damai.
Pada Agustus 2023, Perserikatan Bangsa-Bangsa secara resmi menetapkan 21 Desember sebagai World Basketball Day.
Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari ketika Dr. James Naismith pertama kali memperkenalkan permainan bola basket di YMCA Springfield pada 1891.
Resolusi bersejarah tersebut disponsori oleh 76 negara dan menjadikan bola basket sebagai olahraga beregu pertama yang mendapatkan pengakuan resmi sebagai Hari Internasional PBB.
Dalam wawancara dengan NBA.com, David Hollander mengenang bagaimana ide tersebut lahir dan berkembang begitu cepat.
Ia mengungkapkan bahwa gagasan World Basketball Day bermula dari bukunya yang terbit pada Februari 2023.
Dalam buku itu, ia menulis bahwa dunia membutuhkan satu titik awal yang dapat diterima semua orang.
Menurutnya, bola basket adalah jawabannya karena tidak ada olahraga lain yang memiliki jangkauan dan pengaruh lintas budaya sebesar itu.
Hollander bahkan menyusun draf resolusi PBB di dalam bukunya.
Ia kemudian melibatkan para mahasiswanya untuk mengirimkan pesan kepada para duta besar PBB agar mendorong realisasi gagasan tersebut.
Upaya itu berbuah pertemuan dengan diplomat Filipina di PBB pada Juni 2023.
Hanya dua bulan kemudian, resolusi World Basketball Day disahkan melalui konsensus—menjadikannya salah satu resolusi tercepat dari ide hingga adopsi dalam sejarah PBB.
Bagi David Hollander, kekuatan bola basket terletak pada kemampuannya menciptakan ruang bersama.
Di mana pun ia bepergian, lapangan basket selalu hadir sebagai tempat yang inklusif, terbuka bagi siapa saja.
Ia menilai NBA juga memainkan peran besar dalam menjadikan bola basket sebagai olahraga global dengan visi yang konsisten sejak awal sejarahnya.
Hollander menekankan bahwa buku dan gagasannya bukan tentang menyelamatkan bola basket, karena olahraga itu sudah mapan.
Ia justru melihat bola basket sebagai permainan yang mengakui keragaman bakat manusia dan tidak semata-mata diukur dari kehebatan individu.
Sebagai olahraga tim, bola basket membuka ruang bagi berbagai cara untuk menjadi hebat.
Ke depan, David Hollander berharap World Basketball Day menjadi titik awal perubahan cara dunia memandang bola basket—bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai sistem nilai, institusi sosial, dan alat pembangunan manusia.
Dalam 20 tahun mendatang, ia membayangkan bola basket menjadi simbol perdamaian, kebersamaan, inklusivitas, dan kerja sama langsung antarindividu lintas gender dan budaya.
Baginya, jika cukup banyak orang bermain bola basket pada satu hari yang sama, maka World Basketball Day dapat menjadi momen ketika rasa damai benar-benar dirasakan di seluruh dunia.
Artikel Tag: David Hollander