Inilah Dua Kata Paling Menakutkan di NBA Saat Ini: “Calf Strain”
Jumlah pertandingan yang hilang akibat cedera “calf strain” melonjak tiga kali lipat, dari 36 menjadi 108. (Foto: AP)
Cedera “calf strain” atau tegang otot betis kini menjadi momok terbesar di NBA.
Kasus paling mencolok terjadi pada Tyrese Haliburton di Game 7 Final NBA 2025. Demi tampil, Haliburton menjalani berbagai terapi intensif dan sempat tampil eksplosif dengan tiga tembakan 3 poin beruntun.
Namun, setelah lima menit, mimpi buruk itu datang: tendon Achilles-nya robek saat melakukan dorongan dari tumit kanan — area yang sama dengan cedera betisnya.
Nasib Indiana Pacers pun berubah; Oklahoma City Thunder menang dan merebut gelar.
Cedera Haliburton bukan insiden tunggal. Robekan Achilles Damian Lillard dan Jayson Tatum pada playoff 2025 memperburuk situasi.
Kini, tiga bintang — Ja Morant, Victor Wembanyama, dan Giannis Antetokounmpo — absen berminggu-minggu karena calf strain hanya dalam pekan-pekan pembuka musim.
Berdasarkan data Jeff Stotts dari InStreetClothes, terdapat 25 kasus calf strain dalam 20 pertandingan pertama musim ini, naik hampir 40% dari tahun sebelumnya.
Jumlah pertandingan yang hilang akibat cedera tersebut melonjak tiga kali lipat, dari 36 menjadi 108.
Cedera ini bahkan memengaruhi keputusan tim. Luka Doncic dipertukarkan sebagian karena problem betis kronisnya.
Giannis pun kini menjadi sorotan, dengan masa depannya semakin penuh tanda tanya akibat riwayat cedera yang mirip.
Para dokter masih mencari penyebabnya.
Dr. Richard Ferkel, ahli bedah ortopedi yang menangani banyak pemain NBA, mengakui adanya kekhawatiran besar bahwa calf strain bisa menjadi pemicu Achilles tear jika rehabilitasi tak sempurna.
Ia menilai jadwal NBA yang makin padat, permainan semakin cepat, dan atlet semakin eksplosif menjadi kombinasi berbahaya.
Beban fisik meningkat, sementara waktu pemulihan justru berkurang.
Dr. Scott Ellis dari Hospital for Special Surgery menyebut fenomena cedera Achilles pada pemain muda sebagai hal baru.
Dulu, ruptur Achilles identik dengan “Weekend Warrior” — orang tua yang jarang bergerak. Sekarang, pemain 20-an tahun pun mengalaminya.
Ellis mencatat bahwa biasanya calf strain tidak terkait langsung dengan Achilles rupture, namun kasus Durant 2019 dan Haliburton 2025 menimbulkan pertanyaan serius.
Salah satu faktor yang ikut disorot adalah perubahan gaya bermain modern.
Stephen Curry merevolusi NBA dengan stepback, sidestep, dan penciptaan ruang ekstrem yang memaksa pemain melakukan gerakan lateral dan mundur jauh lebih sering.
Pemain besar seperti Wembanyama pun kini menembak tripoin dari berbagai sudut.
Beban pada otot betis dan tendon Achilles meningkat drastis — terutama saat melakukan “false step” untuk mempercepat akselerasi, sebuah pola gerakan yang muncul pada Haliburton, Lillard, dan Tatum sebelum cedera besar mereka.
Teknologi mulai dilibatkan.
Perusahaan seperti OnSport AI menggunakan computer vision untuk mendeteksi risiko cedera secara real time berdasarkan pola gerak pemain.
NBA pun meluncurkan program biomekanika baru, bekerja sama dengan beberapa laboratorium dan perusahaan data.
Namun, solusi paling jelas justru yang paling sulit: mengurangi jadwal pertandingan.
Para dokter dan pelatih setuju bahwa tubuh pemain dipaksa bekerja melampaui batas, sementara tekanan ekonomi membuat perubahan sulit dilakukan.
Untuk saat ini, dua kata yang paling menakutkan di NBA tetap sama: “calf strain”.
Artikel Tag: calf strain