Steven Gerrard: Pemain Inggris Dulu Egois dan Tak Terhubung
Steven Gerrard. (Foto: LFC Foundation/Getty Images)
Berita Sepak Bola: Mantan kapten timnas Inggris, Steven Gerrard, membuat pengakuan jujur tentang masa kariernya bersama The Three Lions. Ia mengaku kadang “membenci” berada di pemusatan latihan timnas dan menilai kegagalan generasi emas Inggris terjadi karena para pemainnya adalah “pecundang yang egoistis”.
Steven Gerrard, kini berusia 45 tahun, tercatat tampil 114 kali dan bermain di enam turnamen besar, namun tidak pernah mencapai babak semifinal. Ia menjadi bagian dari generasi yang dipenuhi bintang seperti Frank Lampard, Paul Scholes, dan Rio Ferdinand, namun tak mampu membawa Inggris berjaya.
Berbicara di podcast Rio Ferdinand Presents, Gerrard mengaku para pemain saat itu terlalu terikat pada rivalitas klub masing-masing. “Kami semua adalah pecundang yang egoistis,” kata Gerrard blak-blakan. “Sekarang saya lihat Jamie Carragher duduk di samping Paul Scholes di televisi, dan mereka terlihat seperti sahabat selama 20 tahun. Padahal dulu kami nyaris tak berbicara.”
Ia menambahkan, hubungan antarpemain kala itu dingin dan tidak terbangun dengan baik. “Saya mungkin sekarang lebih dekat dengan kamu (Ferdinand) dibanding dulu ketika kami bermain bersama selama 15 tahun. Jadi kenapa kami tidak bisa terhubung saat usia 20-an? Apakah karena ego? Karena rivalitas? Semua karena budaya di dalam tim Inggris. Kami tidak akrab, tidak terhubung. Kami tidak pernah menjadi tim yang benar-benar kuat.”
Gerrard bermain untuk Inggris selama 14 tahun di bawah lima manajer berbeda — mulai dari Kevin Keegan hingga Roy Hodgson. Ia juga menjadi kapten sebanyak 38 kali, namun menilai tak satu pun manajer berhasil menciptakan suasana tim yang sehat.
“Saya membencinya. Saya tidak menikmatinya,” ujarnya jujur. “Saya benci kamar hotelnya. Di awal karier, saya sering merasa benar-benar tertekan. Saya hanya duduk di kamar selama berjam-jam tanpa tahu harus apa. Tidak ada media sosial, tidak ada DVD. Hanya saluran TV 1 sampai 5. Saya sering merasa sangat rendah.”
Meski begitu, Gerrard menegaskan ia selalu bangga mengenakan seragam timnas. “Saya mencintai pertandingannya. Saya bangga bermain untuk Inggris. Tapi di luar itu, saya tidak merasa menjadi bagian dari tim. Saya tidak merasa terhubung dengan rekan setim saya seperti di Liverpool,” katanya.
Bagi Gerrard, perbedaan terbesar antara Liverpool dan Inggris ada pada rasa kebersamaan dan perhatian staf. “Di Liverpool, saya merasa spesial, dijaga, dan selalu tak sabar untuk datang ke latihan. Di Inggris, saya hanya menunggu pertandingan selesai agar bisa segera pulang,” tutupnya.
Pengakuan jujur Gerrard ini mempertegas betapa besar dampak ego dan rivalitas klub terhadap kegagalan generasi emas timnas Inggris — sebuah pelajaran berharga bagi para pemain masa kini yang berusaha menjaga keharmonisan di bawah asuhan Thomas Tuchel.
Artikel Tag: Steven Gerrard, Timnas Inggris, Liverpool