Talenta Besar tapi Temperamental, Isack Hadjar Terancam di Red Bull?
Isack Hadjar
Berita F1: Isack Hadjar dipastikan menjadi tandem Max Verstappen di Red Bull pada Formula 1 2026, sebuah pencapaian besar setelah menjalani musim debut yang solid. Namun, langkah naik ke tim papan atas ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama terkait aspek mental dan pengendalian emosi.
Sepanjang karier junior hingga musim perdananya di F1, Hadjar dikenal sebagai pebalap yang ekspresif. Ia kerap meluapkan frustrasi melalui radio tim ketika strategi, kondisi mobil, atau insiden balapan tidak berjalan sesuai harapan. Hadjar bahkan secara terbuka mengakui bahwa dirinya masih sering berteriak dan melontarkan umpatan di dalam kokpit, meski kini berusaha menahan diri untuk tidak menekan tombol radio.
Mantan pebalap Formula 1, Anthony Davidson, menilai kebiasaan tersebut bisa menjadi masalah serius ketika Hadjar membela Red Bull. Dalam pandangannya, standar tim asal Milton Keynes itu jauh lebih ketat dibandingkan tim lain.
“Saya rasa dia harus belajar untuk tidak meledak-ledak,” ujar Davidson. Ia menilai Hadjar perlu bekerja keras mengontrol emosinya, terutama karena akan berhadapan langsung dengan Verstappen yang dikenal sangat tenang dan efisien di dalam tim.
Davidson mengakui bahwa performa Hadjar sepanjang musim rookie patut diapresiasi. Kecepatan dan keberaniannya di lintasan menjadi alasan utama Red Bull memberinya promosi cepat. Namun, ia juga menyoroti sejumlah momen ketika situasi tidak berjalan sesuai rencana dan Hadjar bereaksi terlalu emosional di dalam mobil.
Menurut Davidson, sikap seperti itu tidak akan diterima di lingkungan Red Bull yang sangat fokus pada hasil dan stabilitas tim. Meski demikian, ia mengakui bahwa karakter tersebut membuat Hadjar menjadi sosok yang menarik untuk diikuti dan kerap menjadi sorotan publik.
Prancis sendiri sudah lama tidak memiliki pebalap Formula 1 yang benar-benar konsisten bersaing di level juara dunia sejak era Alain Prost pada 1980-an. Isack Hadjar sempat dibandingkan dengan Prost di awal kariernya, meski Davidson melihat ada perbedaan mencolok di antara keduanya.
“Dia jelas lebih edgy dibanding Alain Prost,” katanya. Davidson menilai Hadjar memiliki sisi tajam dan emosional yang jauh lebih kuat, sesuatu yang bisa menjadi kekuatan sekaligus kelemahan.
Musim 2026 akan menjadi ujian besar bagi Hadjar, bukan hanya dari sisi teknis, tetapi juga kematangan mental. Jika mampu menyeimbangkan kecepatan dengan kontrol emosi, peluangnya untuk bertahan dan berkembang di Red Bull terbuka lebar.
Artikel Tag: Isack Hadjar, Red Bull, F1 2026