Tantangan Kursi Kedua Red Bull, Isack Hadjar Siap Belajar dari Verstappen
Max Verstappen dan Isack Hadjar
Berita F1: Isack Hadjar menerima kenyataan bahwa ia kemungkinan besar belum akan langsung menyamai kecepatan Max Verstappen pada musim pertamanya bersama Red Bull Racing. Pebalap berusia 21 tahun itu akan menjalani debutnya sebagai rekan setim Verstappen pada musim 2026, setelah promosi cepat berkat performa impresifnya bersama Racing Bulls.
Kursi kedua Red Bull dikenal sebagai salah satu posisi tersulit di Formula 1. Dalam beberapa tahun terakhir, mobil Red Bull dikembangkan mengikuti preferensi Verstappen, yang dikenal menyukai karakter mobil agresif dengan bagian belakang yang sangat sensitif. Gaya tersebut terbukti menyulitkan banyak pebalap, mulai dari Pierre Gasly, Alex Albon, hingga Yuki Tsunoda dan Liam Lawson, yang semuanya gagal bertahan lama.
Namun, Hadjar menilai situasinya sedikit berbeda. Ia masuk ke Red Bull bertepatan dengan dimulainya era regulasi baru 2026, yang membuat mobil RB22 dikembangkan dari nol. Kondisi ini memberi peluang bagi seluruh pebalap, termasuk Verstappen, untuk memulai dari titik yang sama.
“Ini mobil baru. Bukan berarti Max sudah memahami mobilnya, kami semua memulai dari awal,” ujar Hadjar. Ia menambahkan bahwa kesempatan ini membuatnya merasa beruntung karena bisa ikut membentuk arah pengembangan mobil sejak awal, sesuatu yang jarang didapat pebalap muda di tim papan atas.
Hadjar juga menilai pengalaman adaptasinya di berbagai kategori balap menjadi modal penting. Dalam lima tahun terakhir, ia telah mengemudikan mobil dengan regulasi berbeda, mulai dari Formula Regional, FIA F3, F2, hingga Formula 1. Menurutnya, kondisi itu membuatnya terbiasa beradaptasi cepat dengan karakter mobil baru.
Meski begitu, Hadjar tidak menutup mata terhadap kualitas Verstappen. Ia menegaskan bahwa sang juara dunia empat kali tetap menjadi tolok ukur tertinggi di grid. “Target saya adalah menerima bahwa saya akan lebih lambat di bulan pertama,” kata Hadjar. Menurutnya, menerima kenyataan tersebut justru membantu mengurangi tekanan dan menjaga fokus pada proses belajar.
Ia juga menilai Verstappen sebagai pebalap yang sangat adaptif. “Dia tidak punya satu gaya mengemudi tertentu. Dia selalu menyesuaikan diri dengan apa pun yang diberikan kepadanya, dan itu kekuatannya,” ujarnya.
Isack Hadjar percaya bahwa banyak pebalap sebelumnya datang dengan keyakinan berlebihan, lalu terpukul ketika realitas tidak sesuai harapan. Karena itu, ia memilih pendekatan berbeda, menerima tantangan dengan kepala dingin dan membangun performa secara bertahap. Bagi Hadjar, menghadapi pebalap terbaik di grid adalah kesempatan belajar, bukan beban yang harus ditakuti.
Artikel Tag: Isack Hadjar, Red Bull, Max Verstappen, F1 2026