Feature Basket: Pensiun Dini dari NBA, Bradon Roy Lepas Rindu Dengan Melatih Tim SMU
Dikenal sebagai pebasket yang cerdas, Brandon Roy menularkan ilmunya kepada anak-anak asuhnya di Nathan Hale
Ligaolahraga – Feature Basket: Sejak pensiun dini dari NBA setelah tiga kali tampil di All-Star dalam enam musim penuh cedera, mantan guard Portland Trail Blazers Brandon Roy seperti orang yang patah hati. Pria yang kini berusia 32 tahun itu kurang bisa menerima kenyataan dirinya tak bisa lagi bermain basket.
“Saya tidak pergi menonton satupun pertandingan NBA,” kata Roy. “Anda rindu saja (bermain di NBA). Rasanya seperti Anda melihat kekasih Anda, dia berjalan dengan pria baru. Saya begini bukan karena perbuatan orang lain. Hanya, berat rasanya berada di seputar bola basket.”
Semua itu berubah pada musim dingin tahun lalu ketika Roy diwawancarai dan diterima untuk mengisi posisi pelatih kepala di SMU Nathan Hale. Sekolah yang berlokasi di Seattle itu mengakhir musim lalu dengan rekor menang-kalah 3-18, serta mengalami gonta-ganti lima pelatih dalam lima tahun.
Sebenarnya cerita Roy akhirnya bergabung dengan Nathan Hale agak sedikit mengejutkan. Karier sensasional Roy di NBA selama enam musim berakhir pada 2013 akibat masalah lutut (tiga kali naik meja operasi). Dia akan selalu diingat sebagai pemain hebat Blazers selama lima musimnya di sana.
Dikenal sebagai salah satu pemain terbaik NBA saat masih aktif
Saat pensiun, Roy sempat bekerja di radio olahraga Seattle dan menekuni bidang real estate dan manajemen finansial. Namun dia berkeinginan kembali ke basket, hanya kali ini sebagai pelatih. Tak ingin menjadi asisten pelatih, Roy pun mencari posisi sebagai pelatih kepala dan jabatan itu tersedia di Hale.
Untuk pekerjaan ini, Roy hanya digaji $6.000 (sekitar Rp 80 juta) per tahun, tapi bukan uang yang menjadi motivasi pria yang menghasilkan $82,9 juta (sekitar 1,1 triliun) sebagai pemain NBA. Ini menjadi awal karier kepelatihan dengan tingkat stres yang rendah bagi Roy. Tapi ternyata kemudian berubah lebih dari itu.
Dalam rentang beberapa bulan sejak Roy diangkat sebagai pelatih, tujuh pemain ditransfer ke Hale. Sekolah-sekolah negeri Seattle memiliki kebijakan perekrutan terbuka, yang memungkinkan para murid ditransfer ke sekolah manapun di kota tersebut.
Roy memeluk Michael Porter Jr setelah mengalahkan Sierra Canyon di final Les Schwab Invitational
Beberapa rekrutan penting Hale adalah pemain SMU No. 1 di AS, Michael Porter Jr, dan dua adiknya, Jontay dan Corban. Porter bersaudara baru pindah ke Seattle dari Missorui setelah ayah mereka, Michael Porter Sr diangkat sebagai asisten pelatih di Universitas Washington, almamater Roy pada periode 2002-2006.
Michael dan Jontay pun sudah menyatakan komitmen bergabung dengan UW selepas SMU. Mereka belajar dari rumah alias ‘homeschooling’. Namun karena mereka tinggal di zona sekolah Hale, mereka bisa berpartisipasi dalam program olahraga sekolah tersebut.
Banyaknya talenta, termasuk empat bintang lokal lainnya, memantik pertanyaan apakah Roy merancang keseluruhan proses. Namun dia menegaskan tak pernah berbicara dengan mereka sebelum pentransferan mereka. Semua rekrutan juga mengaku hanya ingin meraih peluang belajar dari legenda Seattle tersebut.
Roy berpose dengan anak asuhnya setelah merebt gelar juara negara bagian Washington Class 3A
“Kami bahkan sama sekali tidak mempertimbangkan Nathan Hale ketika kami pertama pindah ke Seattle,” ujar Porter. “Kemudian kami mendengar (Brandon Roy) akan melatih sekolah itu dan berpikir, ‘Wow, ini pasti akan jadi pengalaman yang unik.’”
Dan, betapa mereka belajar banyak.
Memainkan gaya bertahan agresif dengan serangan tempo tinggi, Hale mengukir rekor sempurna 29-0 sepanjang musim dengan barisan lawan yang tak mudah. The Raiders – julukan Nathan Hale – bermain di Liga Metro (Seattle), salah satu konferensi paling berat di AS. Pemain NBA seperti Jamal Crawford, Jason Terry and Nate Robinson adalah beberapa ‘lulusan’ konferensi ini.
Desember lalu, Hale menyabet gelar prestisius Les Schwab Invitational di Portland dengan menekuk tim peringkat atas nasional SMU Sierra Canyon dari California di partai final. Beberapa pekan kemudian, mereka menghempaskan juara bertahan nasional Oak Hill Academy di ajang Hoophall Classic di Springfield.
Roy ikut merayakan titel prestisius Les Schwab Invitational
Kesuksesan mengalahkan Oak Hill terasa amat spesial bagi The Raiders, khususnya bagi Roy, “karena saya sudah lama tidak bergelut dengan bola basket. Ketika Anda tak bisa lagi bermain secara fisik, senang rasanya berada di antara anak-anak baik ini. Ketika mereka menang, saya merasa seperti seorang pemain.”
Inilah yang Roy rindukan setelah pensiun dari NBA, dan dia baru saja memulai. Hale memenangi gelar Liga Metro pertama mereka sejak 1992 dengan menekuk bekas SMU Roy, Garfield, 91-58 dalam partai perebutan juara. Porter mencetak total 39 poin dalam laga ini.
Lalu 4 Maret silam, Hale menyabet gelar negara bagian Washington Class 3A pertama mereka dalam 23 tahun. Kembali menghadapi Garfield – juara negara bagian pada 2014 dan 2015 – di final, tim asuhan Roy menang 68-51 dengan Porter membukukan 27 poin dan 17 rebound.
Roy merayakan gelar negara bagian bersama putri kecilnya
Dari tim yang hanya mengukir persentase menang 14% dan kemudian balik menuai rekor 100% dan menjadi juara negara bagian, sukses Roy dan Porter – mencatat rata-rata hampir 35 poin dan 14 rebound untuk The Raiders – pun diganjar penghargaan Naismith sebagai pelatih dan pemain terbaik.
Ini kali ketiga pelatih dan pemain dari sekolah yang sama menggondol perhargaan individual ini. Jared Sullinger dan sang ayah Satch (SMU Northland di Columbus) melakukannya pertama kali pada 2010. Lalu 2016, giliran Lonzo Ball dan pelatih Steve Baik (SMU Chino Hills di California) yang melakukannya.
Dengan sukses ini, banyak bertanya-tanya apakah Roy punya masa depan sebagai pelatih level universitas atau bahkan NBA. “Saya melakukan pekerjaan melatih ini untuk pengalaman, dan terlibat dalam sesuatu yang saya nikmati. Saya rasa SMU merupakan level terbaik untuk menempa diri saya sebagai pelatih.”
Saat ini, Roy tidak tahu kemana karier barunya ini akan membawa dirinya, tapi saat ini dia sudah bahagia. “Anak-anak saya sudah nyaman. Saya tak khawatir harus memindahkan mereka,” katanya. “Jika saya naik ke level, pekerjaan ini akan lebih menuntut. Saya bahagia dengan posisi saya sekarang ini.”
Artikel Tag: brandon roy, nathan hale, naismith, nba basket