Krisis Kandidat Presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem Bisa Berkuasa Lagi
Mohammed Ben Sulayem
Berita F1: Federasi Otomotif Internasional (FIA) akan menggelar pemilihan presiden pada 12 Desember 2025. Presiden petahana, Mohammed Ben Sulayem, dipastikan maju kembali untuk masa jabatan keduanya. Ia menghadapi sejumlah penantang, di antaranya mantan steward Tim Mayer, pebalap Laura Villars, serta Virginie Philippot.
Namun, aturan pemilihan yang sangat ketat membuat para pesaing Ben Sulayem menghadapi tantangan besar. Menurut regulasi FIA, setiap calon presiden wajib menyerahkan daftar tim pendukung berisi 10 orang paling lambat 24 Oktober. Tim ini harus mencakup Presiden Senat, Wakil Presiden Mobilitas dan Pariwisata, Wakil Presiden Olahraga, serta tujuh Wakil Presiden Olahraga dari wilayah berbeda.
Ketujuh wakil tersebut wajib mewakili berbagai kawasan dunia, seperti Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia-Pasifik, Afrika, Timur Tengah dan Afrika Utara, serta dua dari Eropa. Di sinilah masalah utama muncul. Dari 29 nama yang tercatat sebagai calon anggota Dewan Motorsport Dunia (WMSC), hanya satu nama yang berasal dari Amerika Selatan, yaitu Fabiana Ecclestone, istri mantan bos Formula 1 Bernie Ecclestone, yang berasal dari Brasil.
Masalahnya, Fabiana diketahui merupakan pendukung kuat Mohammed Ben Sulayem sejak Mei lalu dan sudah masuk dalam daftar timnya. Karena aturan FIA melarang satu nama muncul di lebih dari satu daftar kandidat, hal ini menutup peluang bagi pesaing lain untuk memenuhi persyaratan wilayah tersebut.
Situasi ini membuat dua kandidat lain, Tim Mayer dan Virginie Philippot, kesulitan membentuk tim yang sah secara administratif. Mayer mengakui kendala tersebut dan menyatakan masih berusaha mencari solusi agar tetap bisa mendaftar sebelum batas waktu. Bila gagal, ia mungkin harus mundur dari pencalonan. Sementara itu, Laura Villars dilaporkan belum mengajukan tim pendukungnya sesuai prosedur FIA, sehingga peluangnya untuk bersaing semakin tipis.
Apabila para penantang tidak mampu memenuhi seluruh syarat administratif, Ben Sulayem berpotensi menjadi satu-satunya kandidat sah yang terdaftar. Jika itu terjadi, ia otomatis akan kembali menjabat sebagai Presiden FIA tanpa melalui pemungutan suara.
Pemilihan kali ini dianggap penting karena akan menentukan arah organisasi FIA ke depan, termasuk dalam hal transparansi, manajemen olahraga, serta keterwakilan global di dalam struktur kepemimpinan. Dengan situasi saat ini, banyak pengamat menilai bahwa dominasi Mohammed Ben Sulayem masih akan berlanjut setidaknya hingga empat tahun ke depan.
Artikel Tag: Mohammed Ben Sulayem, FIA, F1 2026