Kanal

Dari Kemenangan Ganda ke DNF, Bencana Francesco Bagnaia di MotoGP Indonesia

Penulis: Abdi Ardiansyah
12 Okt 2025, 09:40 WIB

Francesco Bagnaia

Berita MotoGP: Berbeda jauh dengan keberhasilan luar biasa di Jepang, akhir pekan di Mandalika menjadi mimpi buruk bagi Francesco Bagnaia. Setelah tampil dominan di Motegi, di mana ia kembali menggunakan komponen GP24, Bagnaia harus menelan kenyataan pahit dengan hasil terburuk musim ini. Ia finis terakhir di Sprint Race dan Grand Prix, sebelum terjatuh pada lap ke-8 balapan hari Minggu.

Satu hal yang sedikit menghiburnya adalah bahwa asap yang keluar dari motor Desmosedicinya saat di Jepang ternyata tidak menandakan kerusakan fatal. “Saya tidak tahu soal asap itu,” ungkap Bagnaia. “Saya hanya merasakan performa yang melemah di beberapa lap terakhir saat keluar tikungan. Tapi catatan waktunya masih kompetitif. Saya senang tidak terkena bendera hitam-oranye.”

Kinerja mesin menjadi perhatian utama dalam akhir pekan ini. Bagnaia menggunakan mesin versi “Motegi” untuk latihan Jumat dan Sabtu serta untuk Grand Prix Minggu, sementara pada Sprint ia sempat memakai mesin lama yang disebut “Qatar”. Hingga saat ini, ia telah menggunakan tujuh mesin yang diizinkan, dengan satu mesin sudah ditarik sejak Catalunya.

Peraturan MotoGP 2025 membatasi jumlah mesin yang digunakan tim pabrikan seperti Ducati, Aprilia, dan KTM hanya delapan unit selama satu musim penuh. Honda dan Yamaha yang termasuk dalam grup konsesi memiliki kuota sepuluh mesin per pebalap dan kebebasan melakukan modifikasi desain.

Regulasi baru juga memperkenalkan pembekuan pengembangan mesin selama musim 2025 dan 2026, yang berarti tim tidak dapat melakukan perubahan besar terhadap mesin mereka. Hal ini membuat strategi pemilihan mesin dan pengaturan teknis menjadi krusial bagi setiap pebalap, termasuk Bagnaia.

Penurunan performa drastis di Mandalika memperlihatkan bahwa pergantian mesin saja tidak cukup menjaga konsistensi. Faktor lain seperti setelan motor, adaptasi lintasan, dan kondisi ban juga berperan besar. Ducati sendiri dikabarkan lebih memilih menjaga stabilitas dengan basis mesin 2024 dalam proyek GP25 untuk mengurangi risiko teknis.

Kini, Francesco Bagnaia harus bangkit dari keterpurukan. Setelah meraih kemenangan ganda di Jepang, ia dihadapkan pada realitas keras MotoGP bahwa satu kesalahan kecil bisa menghapus seluruh momentum. Konsistensi menjadi tantangan utama bagi sang juara bertahan jika ingin kembali bersaing di puncak klasemen dunia.

Artikel Tag: Francesco Bagnaia, Ducati, MotoGP Indonesia, motogp jepang

Berita Terkait

Berita Terpopuler Minggu Ini

Berita Terbaru