Lakoni Serangkaian Laga Maraton Di Wuhan, Jessica Pegula Puji Pelatihnya
Jessica Pegula [kanan] dan Cori Gauff [kiri] [image: getty images]
Berita Tenis: Jessica Pegula menutup kiprah gemilangnya di Asia dengan menjadi runner up Wuhan Open musim 2025 usai kalah dari rekan senegaranya, Coco Gauff dengan dua set langsung.
Meskipun kalah, penampilan petenis unggulan keenam menjadi penutup rangkaian prestasinya di Asia yang ditandai dengan konsistensi, kegigihan, dan persahabatan. Petenis berjuang keras melewati beberapa pertandingan tiga set di sepanjang Wuhan Open musim ini, mengakhiri pekan dengan gemilang — penuh kehangatan, humor, dan rasa syukur dalam pidatonya setelah pertandingan.
Petenis kelahiran Buffalo ini mengawali dengan memberi selamat kepada Gauff, memuji teman sekaligus rekan senegaranya atas “pekerjaan luar biasa” yang telah dilakukannya di sepanjang pekan. Ucapannya mencerminkan rasa saling menghormati dan persahabatan yang telah menjadi salah satu dinamika paling menarik dalam dunia tenis AS.
“Merupakan suatu kehormatan untuk bertanding melawanmu, Coco — baik sebagai teman maupun sebagai sesama warga Amerika — di final. Ini adalah final pertama kita bersama dan itu sangat menyenangkan,” ungkap Pegula.
Di balik penampilan yang tenang, pesan juara Bad Homburg Open musim 2025 kepada timnya menunjukkan betapa beratnya perjalanan kali ini.
“Kami sudah lama di sini, di Asia,” ujar Pegula kepada pelatihnya, Mark, mengenang perjalanan dan pertandingan yang mereka lalui yang tidak terhitung jumlahnya.
Dengan humor dan ketulusan, ia mengakui bahwa mereka “melakukan banyak pertandingan tiga set, banyak pertandingan panjang,” tetapi mengungkapkan kebanggaan atas keberhasilan mereka dibandingkan dengan hasil musim lalu. “Saya rasa kami bisa pulang dengan perasaan bangga,” pungkasnya.
Rasa terima kasih juara Washington Open musim 2025 tidak berhenti pada pelatihnya di lapangan. Ia juga berterima kasih kepada Mark yang lain, mantan petenis nomor ganda terbaik, Mark Knowles, atas bimbingan yang tidak henti-hentinya meskipun tidak hadir di Wuhan.
“Apresiasi untuknya atas dukungan dan keikutsertaannya dalam tim,” tutur Pegula yang juga memuji pelatih kebugarannya, John, yang menekankan betapa kerasnya upaya yang ia lakukan untuk menjaga kondisi fisiknya tetap prima selama pertandingan maraton.
“Rasanya saya belum pernah bermain selama ini di lapangan dalam waktu sesingkat ini dan benar-benar merasa sesenang ini,” aku Pegula. Itu adalah sekilas gambaran dedikasi di balik konsistensinya yang tenang.
Ia juga memberikan salam sayang kepada keluarga dan teman-temannya di rumah, dengan mengatakan, “Saya tak sabar untuk segera bertemu kalian — semoga saya bisa pulang besok.” Perpaduan realisme yang membumi dan humor ringan inilah yang menjadi ciri khas petenis AS dalam wawancara.
Di bagian penutup yang mengharukan, ia mengucapkan terima kasih kepada phak penyelenggara, relawan, dan penggemar Wuhan Open.
“Senang sekali bisa kembali ke sini dan melihat peningkatan dari musim lalu. Para penggemar, para relawan, semua orang yang membantu — semuanya sangat ramah, berjalan di sepanjang lorong, melewati ruang ganti. Semua orang sangat baik, sangat suportif,” ujar Pegula.
“Terima kasih kepada para penggemar di Cina. Kalian luar biasa. Saya tidak tahu saya punya banyak penggemar di sini (sambil tertawa, disambut sorak sorai ujarnya). Dukungan yang saya rasakan — tidak hanya di sini, tetapi di seluruh Cina — semakin bertambah setiap harinya.”
“Terima kasih banyak semuanya. Saya sangat mengapresiasinya dan saya tidak sabar untuk kembali.” Kombinasi profesionalisme, kebaikan, dan humornya kembali menggema di kalangan penggemar di seluruh dunia. Menjelang WA Finals, pesan Pegula jelas, ia mungkin tidak mengangkat trofi kemenangan kali ini, tetapi ia pulang dengan bangga, termotivasi, dan siap menghadapi tantangan berikutnya.
Artikel Tag: Tenis, Wuhan Open, Jessica Pegula, Cori Gauff