Josh Taylor Buka-bukaan Soal Perjuangan Pasca-Pensiun, Sadar Karena Hatton
Josh Taylor (kiri) dan Ricky Hatton. (Foto: Fight TV)
Bagi Josh Taylor, puncak kariernya datang terlalu dini — dan terlalu tinggi.
Menjadi juara dunia empat sabuk sejati pertama Inggris pada 2021 seharusnya menjadi landasan untuk warisan yang abadi.
Namun, pendakian bintang Skotlandia ini ke puncak tinju diikuti oleh penurunan yang curam dan menyakitkan.
Taylor mencapai puncak dalam pertarungan profesional ke-18-nya, mengalahkan Jose Ramirez yang sebelumnya tak terkalahkan di Las Vegas untuk menjadi juara dunia welter junior sejati.
Namun, sejak saat itu, segalanya mulai berantakan.
Kemenangannya yang kontroversial atas Jack Catterall pada 2022 disusul tiga kekalahan berturut-turut — melawan Teofimo Lopez, Catterall dalam pertandingan ulang, dan Ekow Essuman dalam pertandingan yang seharusnya menjadi kembalinya dia ke Glasgow.
Tak lama setelah itu, cedera mata serius memaksa Taylor pensiun pada usia 34. Akhir yang tiba-tiba membuatnya merasa kehilangan dan hampa.
“Tinju adalah segalanya yang saya ketahui selama 24 tahun,” kata Josh Taylor kepada The Ring. “Ketika semuanya berakhir, saya tidak tahu harus berbuat apa. Semua orang bekerja — teman-teman saya, keluarga saya — dan saya hanya terjebak di rumah. Saya tidak bisa menghadapinya.”
Tidak mampu mengisi kekosongan itu, Taylor beralih ke minuman.
“Aku berakhir di pub atau di rumah dengan minuman,” katanya. “Lalu aku terjatuh dan kepalaku terbentur. Aku mabuk, bertengkar dengan ayahku, dan terjatuh ke dinding. Itu bisa saja berakibat fatal.”
Insiden itu menjadi titik terendah dalam hidupnya — hingga perjalanan ke Belfast menawarkan secercah harapan.
Diundang untuk menjadi komentator dalam pertarungan Lewis Crocker vs. Paddy Donovan pada September, Taylor merasakan sesuatu yang belum dia rasakan dalam bulan-bulan terakhir: tujuan.
“Ratusan orang mendekati saya, meminta foto, dan mengatakan bahwa saya telah menginspirasi mereka,” katanya. “Itu membuat saya bangkit.”
Namun, hanya sehari kemudian, dia terbangun dengan kabar duka tentang kematian Ricky Hatton.
“Itu benar-benar menghancurkan saya,” kata Taylor. “Ricky adalah pahlawan saya. Semua orang tahu tentang perjuangannya melawan depresi, dan mendengar kabar itu memberi saya pukulan keras. Saya tahu saya harus bangkit.”
Josh Taylor pulang, membuang semua botol alkohol yang dimilikinya, dan memutuskan untuk membangun kembali hidupnya.
“Itu sangat membantu saya,” katanya. “Saya berada dalam kondisi yang sangat buruk, tapi saya berhasil melewatinya. Sekarang saya masih punya sisa hidup di depan saya.”
Mantan juara itu kini telah menerima peran baru — sebagai paman, mentor, dan mungkin suatu hari nanti, pelatih.
“Saya bisa membantu di gym, mungkin menemukan juara baru,” katanya. “Atau mungkin hanya menikmati kesederhanaan — keluargaku, sepedaku, hidupku.”
Refleksi atas perjalanannya, Josh Taylor memberikan nasihat bagi petarung yang menghadapi situasi sulit seperti yang pernah ia alami: “Jangan terpaku pada masa lalu. Bangga dengan apa yang telah kamu capai. Kamu telah hidup dalam mimpi — kini saatnya mencari gunung baru untuk didaki.”
Artikel Tag: Josh Taylor