Yuki Tsunoda Curhat Soal Kesulitannya di Red Bull Hingga Kehilangan Kursi
Yuki Tsunoda
Berita F1: Yuki Tsunoda mengungkapkan bahwa kepindahannya ke Red Bull Racing menjadi tantangan besar yang tidak sepenuhnya ia perkirakan sejak awal. Dipromosikan dari Racing Bulls hanya setelah dua seri pada awal musim 2025 untuk menggantikan Liam Lawson, Tsunoda dihadapkan pada tekanan besar untuk langsung tampil kompetitif bersama Max Verstappen.
Namun realitas di lintasan tidak berjalan mulus. RB21 terbukti menjadi mobil yang sangat sulit dipahami, bahkan bagi pebalap yang telah lama berada dalam program Red Bull. Tsunoda kerap kesulitan menemukan konsistensi performa, terutama dalam satu lap cepat dan manajemen ban saat balapan. Salah satu momen terberatnya terjadi di Imola, ketika ia mengalami kecelakaan keras yang sempat menimbulkan kekhawatiran serius.
Sepanjang musim, Tsunoda hanya mampu mengumpulkan 30 poin dari total 22 seri balapan. Catatan tersebut dinilai tidak cukup membantu Red Bull dalam persaingan kejuaraan konstruktor, yang akhirnya membuat tim asal Milton Keynes itu harus puas finis di posisi ketiga, di bawah McLaren dan Ferrari.
Situasi tersebut berujung pada keputusan besar menjelang musim 2026. Red Bull memilih tidak mempertahankan Tsunoda sebagai pebalap utama, dan menempatkannya sebagai pebalap tes serta cadangan. Peran ini tetap penting secara teknis, namun jelas menjadi kemunduran dalam karier balapnya di Formula 1.
Berbicara kepada DAZN Jepang, Tsunoda mengakui bahwa banyak aspek di Red Bull terasa lebih sulit dibandingkan ekspektasinya. “Ada beberapa hal yang benar benar lebih berat dari yang saya bayangkan,” ujar Tsunoda. Ia menjelaskan bahwa meski struktur tim Red Bull dan Racing Bulls terlihat mirip di permukaan, perbedaan pendekatan kerja di balik layar sangat signifikan.
Ia juga menyoroti filosofi teknis Red Bull yang berani mengambil risiko besar. “Saat mobil tidak bekerja dengan baik, mereka tidak ragu melakukan perubahan setelan ekstrem, bahkan menjelang kualifikasi,” tuturnya. Menurut Tsunoda, sikap agresif tersebut mencerminkan mental juara Red Bull, namun di sisi lain menuntut adaptasi cepat dari pebalap.
Pengalaman ini menjadi pelajaran penting bagi Yuki Tsunoda, yang masih berusia relatif muda di kancah Formula 1. Meski kehilangan kursi balap, perannya sebagai pebalap cadangan membuka peluang untuk tetap terlibat dalam pengembangan mobil dan menjaga asa kembali ke grid utama di masa depan.
Artikel Tag: Yuki Tsunoda, Red Bull, F1 2025