Richie Adubato Kenang Era Shaq O’Neal dan Kesalahan Mahal Orlando Magic
Richie Adubato (kiri) dan Shaquille O’Neal. (Foto: AP)
Dalam “Havin’ a Ball: My Improbable Basketball Journey”, pelatih NBA dan WNBA Richie Adubato mengisahkan salah satu bab paling mendebarkan—dan menyedihkan—dalam sejarah Orlando Magic: kemunculan dan kejatuhan era Shaquille O’Neal.
Adubato, yang menghabiskan 17 tahun sebagai pelatih di NBA dan kemudian bertugas selama 15 musim sebagai komentator radio Magic, menggambarkan gambaran yang hidup tentang kehidupan di ruang ganti Magic musim 1995-96.
Tim tersebut muda, percaya diri, dan baru saja mencapai Final NBA.
Dipimpin oleh duet dinamis Shaquille O’Neal dan Penny Hardaway, dengan pemain senior Horace Grant, Dennis Scott, dan Nick Anderson melengkapi starting five, Magic meraih rekor 60-22—terbaik dalam sejarah franchise—dan mencapai Final Wilayah Timur.
Namun, musim impian mereka berakhir secara brutal di tangan Chicago Bulls milik Michael Jordan, yang mengalahkan Orlando dalam perjalanan menuju gelar juara lainnya.
Meskipun demikian, Richie Adubato yakin masa depan terbaik Magic masih di depan—hingga ego, uang, dan manajemen yang buruk menghancurkan tim tersebut.
Di balik layar, Adubato mengingat retakan yang mulai terbentuk antara Shaq dan Penny terkait ketenaran dan kepemimpinan.
“Tim siapa ini? Siapa yang mendapat pujian paling banyak?” tulisnya. “Dari sudut pandang pelatih—siapa peduli?”
Bagi Richie Adubato, Shaq adalah jantung sejati tim: ganas di lapangan, ceria di luar lapangan, dan mampu menyatukan ruang ganti dengan humor dan karisma.
Namun, saat tiba waktunya untuk memastikan masa depan O’Neal di Orlando, organisasi tersebut gagal.
Pemilik Magic, Rich DeVos, awalnya menawarkan kontrak empat tahun senilai $54 juta—kurang dari yang diterima rekan Shaq, Alonzo Mourning. Meskipun Magic akhirnya menaikkan tawaran menjadi $115 juta selama tujuh tahun, kerusakan sudah terjadi.
Kemudian datanglah jajak pendapat Orlando Sentinel yang terkenal, yang banyak dipercaya telah menentukan nasib Shaq.
Surat kabar tersebut menanyakan kepada pembaca apakah O’Neal layak mendapatkan $115 juta. Lebih dari 5.000 penggemar merespons, dan 91% di antaranya menjawab tidak.
Lebih buruk lagi, jajak pendapat tersebut menjadi headline nasional saat Tim USA sedang berlatih di Orlando untuk Olimpiade 1996, memberikan bahan ejekan bagi rekan setim Shaq—terutama Charles Barkley dan Scottie Pippen.
Sementara itu, hubungan Shaq yang tegang dengan pelatih Brian Hill dan pengawasan di luar lapangan yang semakin intens hanya memperdalam frustrasinya.
Agennya, Leonard Armato, melihat panggung yang lebih besar di Los Angeles, dan tak lama kemudian, Shaq menandatangani kontrak dengan Lakers, meninggalkan Orlando dalam kebingungan.
Stasiun radio lokal mengejek kepergiannya dengan lagu parodi seperti “Hit the Road Shaq,” tetapi Adubato tahu lebih baik. “Mereka tidak tahu apa-apa,” tulisnya. “Mereka tidak tahu apa-apa.”
O’Neal kemudian memenangkan beberapa gelar juara di Los Angeles, sementara Orlando menghabiskan bertahun-tahun mencari superstar lain yang luar biasa.
Bagi Richie Adubato, ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa bahkan tim hebat pun bisa runtuh—bukan di lapangan, tetapi di ruang rapat.
Artikel Tag: Richie Adubato
Published by Ligaolahraga.com at https://dev.ligaolahraga.com/basket/richie-adubato-kenang-era-shaq-oneal-dan-kesalahan-mahal-orlando-magic
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini