Jakub Kiwior Mengaku Tak Tahu Bakal Dilepas Arsenal ke Porto

Penulis: Demos Why

Sabtu 06 Sep 2025, 19:02 WIB - 276 views

Berita Transfer: Jakub Kiwior mengaku tidak mengetahui bahwa ia akan dilepas oleh Arsenal ke FC Porto pada hari terakhir jendela transfer musim panas tahun ini.

Villa Sempat Pertimbangkan Rekrut Gabriel Martinelli di Musim Panas

Pada hari terakhir jendela transfer musim panas 2025, Jakub Kiwior resmi meninggalkan Arsenal menuju FC Porto melalui kesepakatan satu musim peminjaman yang dilengkapi klausul wajib beli di akhir masa pinjaman senilai sekitar €17 juta, dengan tambahan bonus hingga €5 juta—total bisa menyentuh €22–27 juta. Sebelumnya, Arsenal telah menolak tawaran dari Porto, termasuk penawaran pinjaman dengan kewajiban beli sebesar €27 juta. Situasi ini juga berhubungan langsung dengan rencana Arsenal untuk mendatangkan Piero Hincapie—jika Hincapie jadi bergabung, maka Kiwior boleh pergi.

Perpindahan ini juga berdampak secara emosional. Setelah pengumuman transfer oleh Fabrizio Romano, Kiwior sempat melanjutkan latihan seperti biasa karena belum tahu kepastiannya. Dia menolak menyampaikan salam perpisahan karena ketidakpastian itu. Namun keesokan harinya, ketika semuanya sudah dikonfirmasi, ia menuruni terowongan perpisahan bersama rekan satu tim dan pelatih. Momen itu “menjadi emosional” karena tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada semua yang diinginkan.

“Sulit rasanya mengucapkan selamat tinggal kepada Arsenal, karena saya tidak pernah tahu kapan tepatnya itu akan terjadi. Seandainya saya sudah tahu tanggal pastinya sejak awal, tentu saya bisa lebih mempersiapkan diri,” ujar Jakub Kiwior kepada O Jogo.

“Selama tiga hari terakhir saya di sana, saya benar-benar tidak tahu kapan hari terakhir saya. Lalu Fabrizio Romano mengumumkan Here We Go, dan sejak itu saya mulai menerima banyak pesan dan panggilan ucapan selamat.”

“Saat itu saya bahkan sedang memulai latihan. Para pemain lain melihat kabar tersebut di ponsel mereka dan bertanya-tanya mengapa saya masih ikut latihan, padahal semua orang tahu saya akan pergi.”

“Saya memilih untuk tidak langsung mengucapkan selamat tinggal karena belum ada kepastian apa pun mengenai transfer itu.”

“Baru keesokan harinya saya mendapat kepastian. Saya pun bisa berpamitan dengan rekan setim dan pelatih. Mereka membuat terowongan perpisahan, dan momen itu terasa sangat emosional bagi saya.”

“Namun, tidak semua orang yang ingin saya sapa ada di sana. Jadi saya masih harus menelepon beberapa orang untuk benar-benar mengucapkan salam perpisahan.”