Penjualan Jacob Ramsey Dilakukan Demi Stabilitas Finansial Aston Villa

Penulis: Depe Ptr

Selasa 19 Agu 2025, 06:24 WIB - 187 views

Penjualan Jacob Ramsey Dilakukan Demi Stabilitas Finansial Aston Villa — Jacob Ramsey via gettyimages

Berita Liga Inggris: Penjualan Jacob Ramsey oleh Aston Villa ke Newcastle United menjadi perdebatan hangat di kalangan pendukung The Villans. Gelandang 23 tahun itu sebelumnya disebut Steven Gerrard sebagai sosok lokal paling berpotensi untuk mengisi peran penting setelah era Jack Grealish.

Kudeta Transfer Eberechi Eze Jadi Bukti Ambisi Gelar Arsenal

Gerrard bahkan menyebut Ramsey sebagai pemain dengan bakat luar biasa yang tinggal menunggu waktu untuk menembus tim nasional Inggris.

Pada awal kariernya, Jacob Ramsey tampil menjanjikan sebagai pembawa bola cepat yang kerap menusuk ke kotak penalti. Di bawah asuhan Unai Emery, ia semakin matang dengan tambahan kreativitas dan kontribusi nyata, mencatat enam gol serta tujuh assist pada musim 2022/23. Perannya di sisi kiri menjadikan Aston Villa tampil lebih bersemangat hingga berhasil lolos ke kompetisi Eropa.

Sayangnya, cedera berulang membuat Ramsey kehilangan momentum. Dalam beberapa musim terakhir, ia lebih sering duduk di bangku cadangan ketimbang menjadi starter reguler. Meskipun demikian, penampilannya di Liga Champions musim lalu cukup meyakinkan, dengan satu gol dan dua assist dalam enam pertandingan. Newcastle pun melihat peluang untuk menambah kedalaman skuat mereka melalui perekrutan ini.

Dari sisi finansial, penjualan Ramsey senilai 40 juta poundsterling atau sekitar Rp840 miliar dianggap sebagai bisnis yang sangat bagus bagi Villa. Aturan Profit and Sustainability Rules (PSR) serta rasio gaji yang ketat membuat klub harus realistis, bahkan jika harus mengorbankan salah satu lulusan akademi terbaiknya.

Bagi sebagian fans, kehilangan Ramsey meninggalkan rasa pahit karena mereka ingin melihat bakat lokal berkembang di Villa Park. Namun bagi manajemen klub, keputusan ini adalah bentuk kompromi antara romantisme sepak bola dan realitas ekonomi Premier League yang semakin keras.