WInger Lazio Mengaku Hampir Gila Jalani Isolasi Karena Penyakitnya

Penulis: Vina Enza

Selasa 07 Okt 2025, 15:07 WIB - 181 views

Berita Liga Italia: Winger Lazio, Gustav Isaksen mengungkapkan ia hampir gila karena memandangi langit-langit saat ia mengalami demam kelenjar yang membuatnya harus menjalani isolasi. Ia menyebutkan tubuhnya benar-benar hancur.

Lima Pemain Lazio Dipanggil Tugas Internasional Oktober Ini

Gustav Isaksen mengalami penyakit yang biasanya menyerang remaja yang disebut mononucleosis atau mono, tapi pemain 24 tahun tersebut mengetahui bahwa betapa merusaknya gejalanya untuk seorang atlet profesional.

Pemain Lazio tersebut mulai merasakan penyakitnya di saat sesi latihan pramusim dan saat itu ia tidak tahu apa yang dialaminya.

“Tetiba setelah sesi latihan, saya merasa tubuh saya benar-benar remuk, jadi saya pergi pijat dan berharap bisa membuat saya bisa sedikit rileks,”ujar Isaksen via TV2 Denmark.

“Saat saya berbaring di meja pijat, saya mulai merasa sangat kedinginan. Pertama-tama staf medis mengira utu radang tenggorokan, tapi saya merasa semakin parah. Saat hasil tes keluar, saya langsung ditempatkan dalam ruang isolasi selama dua pekan di markas latihan di mana saya terus dipantau oleh dokter.

“Mereka semua sangat hati-hati karena mereka khawatir akan menular pada rekan-rekan satu tim saya, jadi tidak ada resiko yang diambil. Rasanya berat karena saya demam dan tenggorokan saya bengkak jadi sangat sulit untuk menelan.”

Masa isolasi terbukti sangat berat bagi pemain Biancocelesti tersebut dan Mengingat kembali beberapa tahun yang lalu selama pandemi, ketika semua orang menjalani karantina wilayah.

“Saya seperti orang gila berbaring menatap langit-langit selama 14 hari, tanpa tahu kapan saya bisa kembali ke kehidupan normal. Rasanya seperti kembali ke masa COVID, saya benar-benar sendirian. Banyak yang mengirim pesan dan menelepon untuk menyapa, tetapi itu sangat sulit,"ujar pemain internasional Denmark tersebut.

“Ketika demam turun, saya pikir semuanya mungkin sudah berakhir, tetapi ternyata tidak. Saya hanya ingin pulang, tetapi saya berhasil membuat kesepakatan dengan klub bahwa ibu saya bisa datang dan tinggal bersama saya. Itu sangat membantu, tetapi saya masih harus menjauh dari rekan-rekan setim saya karena takut tertular.”

Ini adalah sebuah penyakit yang memiliki efek jangka panjang, kelelahan tiba-tiba bisa terjadi selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun yang sangat mengkhawatirkan bagi seorang atlet.