Kanal

Sistem Baru Estafet Poin di Kejuaraan Dunia Junior Cuma Jadi Eksperimen BWF

Penulis: Yusuf Efendi
07 Okt 2025, 03:30 WIB

Skuad Bulu Tangkis Indonesia/[Foto:PBSI]

Berita Badminton : Bulu tangkis memiliki lawan baru yakni aritmatika. Tepat ketika para penggemar merasa olahraga ini akhirnya menemukan sistem penilaian yang masuk akal, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) memutuskan untuk meluncurkan eksperimen lain. Format estafet 45x3. Karena, jelaslah, dunia sedang menginginkan lebih banyak kebingungan.

Aksi terbaru ini memulai debut akbarnya hari ini di Kejuaraan Dunia Junior di Guwahati. Lima pertandingan per seri. Setiap pertandingan hingga sembilan poin. Yang pertama mencapai 45 poin memenangkan satu pertandingan. Dua pertandingan memenangkan seri. Sederhana? Bahkan tidak mendekati.

Rasanya seperti menonton catur cepat yang dimainkan dengan kok — cepat, panik, dan benar-benar membingungkan. Malaysia, unggulan ketiga bersama dan peraih medali perunggu tahun lalu, kini harus menghadapi bukan hanya lawan seperti Kanada dan Australia — tetapi juga papan skor itu sendiri.

BWF menyebutnya "bertema kesenangan". Tentu. Kalau ide serumu cuma butuh kalkulator buat ngitung siapa yang menang.

Direktur kepelatihan tunggal nasional Kenneth Jonassen telah melakukan yang terbaik untuk terdengar diplomatis, menyebutnya "tantangan bagi semua orang". Itu salah satu cara untuk mengatakan, "Kami juga tidak tahu apa yang sedang terjadi."

Format ini menuntut serangan habis-habisan sejak servis pertama. Tidak ada ruang untuk rasa gugup, tidak ada waktu untuk tenang. Kehilangan beberapa poin di awal, dan Anda sudah setengah jalan menuju bencana.

Bulu tangkis — olahraga yang pernah dicirikan oleh ketepatan, kesabaran, dan ritme — telah diubah menjadi lari cepat 45 poin. Dan tak ada yang kurang terkesan daripada Datuk Rashid Sidek.

Mantan pemain nomor 1 dunia ini telah menyaksikan setiap eksperimen mencetak angka yang terbayangkan, dan yang satu ini, katanya, adalah yang terburuk. Dia benar. Itu kekacauan yang berkedok inovasi.

Sistem ini memberi penghargaan pada kekuatan dan kecepatan, bukan keterampilan atau stamina. Awal yang buruk? Lupakan saja. Reli Anda tidak akan cukup untuk melawan. Lawan yang lebih kuat akan langsung melindas hingga 45 sebelum Anda sempat bernapas lega.

Rashid menginginkan pilihan yang masuk akal — format 15 poin, terbaik dari tiga. Cukup cepat untuk seru, cukup lama untuk adil. Tapi logika sepertinya kurang diminati di markas BWF.

Kekalahan 110 poin tahun lalu di Tiongkok sudah jadi bahan tertawaan. Responsnya? Potong dua dan coba lagi. Karena kalau gagal sekali, pasti akan lebih baik lagi untuk kedua kalinya. Hasilnya? Sebuah sistem yang tak seorang pun mengerti dan hanya sedikit yang akan menikmatinya.

Para pebulu tangkis Malaysia menghabiskan waktu seminggu untuk melakukan simulasi pertandingan hanya untuk mempelajari cara kerja format tersebut. Benar sekali — latihan, bukan untuk taktik, tetapi untuk aritmatika.

Jonassen menegaskan skuadnya sudah siap. Seharusnya mereka siap. Dalam format ini, tidak ada ruang untuk berpikir — hanya menyerang. BWF mengklaim format estafet membawa "energi" dan "drama". Mungkin saja. Tapi format ini juga membawa kekacauan.

Ini bulu tangkis untuk generasi TikTok — cepat, mencolok, dan terlupakan lima menit kemudian. Olahraga yang dulu dibangun atas dasar seni dan ketahanan, kini telah menjadi sekadar olahraga yang hanya mengandalkan kekuatan dan angka. Malaysia seharusnya mencapai perempat final, tetapi dengan sistem baru yang unik ini, tidak ada yang terjamin.

Tapi dengan sistem ini, apa pun bisa terjadi. Satu reli yang beruntung, satu servis yang salah perhitungan, dan hasil seri bisa lenyap sebelum ada yang melakukan pemanasan. Jika Malaysia berhasil naik podium lagi, itu bukan sekadar kemenangan. Itu akan menjadi kemenangan logika atas kegilaan.

Obsesi BWF untuk menciptakan kembali roda terus membingungkan. Dengan kondisi seperti ini, edisi tahun depan kemungkinan besar akan menampilkan reli best-of-five dan poin bonus untuk diving.

Sampai saat itu, para pemain junior dunia akan melangkah ke lapangan dengan berbekal raket, keberanian — dan kalkulator mental.

Karena di dunia bulu tangkis yang baru dan berani ini, lawan terberat bukanlah Indonesia atau Tiongkok. Melainkan aturan mainnya.

Artikel Tag: BWF, Estafet Poin, Kejuaraan Dunia Junior 2025

Berita Terkait

Berita Terpopuler Minggu Ini

Berita Terbaru