Metta Sandiford-Artest Ungkap Perjalanan Barunya di Dunia Kepelatihan
Metta Sandiford-Artest, yang dulu dikenal sebagai Ron Artest dan Metta World Peace, adalah salah satu pemain paling keras dan cerdas secara defensif dalam sejarah NBA. (Foto: AP)
Metta Sandiford-Artest, yang dulu dikenal sebagai Ron Artest dan Metta World Peace, adalah salah satu pemain paling keras dan cerdas secara defensif dalam sejarah NBA.
Selama 17 tahun kariernya, ia membangun reputasi sebagai pemain tanpa kompromi, selalu siap menghadapi siapa pun di lapangan.
Namun sejak pensiun pada 2017, perjalanan hidupnya mengambil arah yang berbeda—lebih tenang, reflektif, dan penuh makna.
Kini, peraih gelar Kia Defensive Player of the Year 2004 itu mengabdikan pengetahuan basketnya sebagai asisten pelatih tim basket putri Cal State Los Angeles.
Ia mengaku menemukan kepuasan besar dalam dunia kepelatihan, sesuatu yang tak pernah benar-benar ia bayangkan saat masih aktif bermain di NBA.
Dalam perbincangan santai, Metta Sandiford-Artest mengungkapkan bahwa ia menjalani hidup dengan filosofi kesederhanaan, termasuk saat Natal.
Ia bahkan mendaur ulang hadiah Natal lama untuk anak-anaknya demi mengajarkan kerendahan hati.
“Saya hanya ingin orang-orang bahagia,” katanya. Baginya, kebahagiaan dan ketenangan batin kini jauh lebih penting daripada hal-hal materi.
Soal NBA, Metta Sandiford-Artest masih mengikuti liga tersebut, meski dari sudut pandang berbeda.
Ia mengakui bahwa butuh waktu bertahun-tahun setelah pensiun untuk bisa kembali menonton pertandingan tanpa rasa gelisah.
Kini, ia menikmati NBA sebagai penggemar, terutama saat playoff, meski fokus utamanya tetap pada basket putri Divisi II yang telah ia geluti selama tujuh tahun.
Perjalanannya ke dunia kepelatihan dimulai secara tak terduga, dari undangan sederhana ke latihan basket putri di Palisades.
Dari sana, ia membantu meraih dua gelar juara SMA, lalu berlanjut ke Cal State LA. Metta mengaku sangat menikmati perbedaan antara basket putra dan putri.
Menurutnya, permainan putri lebih mengandalkan teknik, pergerakan, dan kecerdasan, sesuatu yang membuatnya semakin jatuh cinta pada peran barunya.
Ditanya soal NBA saat ini, Metta tanpa ragu menyebut Oklahoma City Thunder sebagai tim terbaik. Ia memuji Shai Gilgeous-Alexander yang menurutnya memiliki aura mirip Michael Jordan.
Dalam perdebatan MVP, ia memilih SGA di atas Nikola Jokić, bukan karena Jokić kurang hebat, melainkan karena dominasi rekor tim Thunder yang begitu mencolok.
Metta juga menyebut Tyrese Maxey sebagai pemain aktif yang paling ingin ia ajak bermain bersama, berkat energi, kecepatan, dan etos kerjanya.
Sementara itu, ketika ditanya siapa pemain tersulit yang pernah ia jaga, ia menyebut Kobe Bryant dan LeBron James, namun secara mengejutkan menilai Richard Hamilton sebagai yang paling merepotkan karena pergerakan tanpa bola dan stamina luar biasa.
Kini, Metta Sandiford-Artest melihat basket bukan lagi sekadar soal persaingan, melainkan tentang membimbing, berbagi, dan menyaksikan perkembangan generasi berikutnya—sebuah babak baru yang sama bermaknanya dengan masa kejayaannya di NBA.
Artikel Tag: Metta Sandiford-Artest
Published by Ligaolahraga.com at https://dev.ligaolahraga.com/basket/metta-sandiford-artest-ungkap-perjalanan-barunya-di-dunia-kepelatihan
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini