Kalah 5-0 di Final UCL, Francesco Acerbi Beberkan Reaksi Ruang Ganti Inter

Penulis: Depe Ptr

Jumat 26 Sep 2025, 10:24 WIB - 291 views

Kalah 5-0 di Final UCL, Francesco Acerbi Beberkan Reaksi Ruang Ganti Inter — Francesco Acerbi via gettyimages

Berita UCL: Francesco Acerbi mengungkapkan bagaimana Inter bereaksi di ruang ganti setelah kekalahan 5-0 dari Paris Saint-Germain di final Liga Champions.

Francesco Acerbi Buka Suara, Beberkan Alasan Tolak Panggilan Timnas Italia

Nerazzurri berada di Final UCL kedua mereka hanya dalam kurun waktu tiga tahun, sebuah pencapaian luar biasa bagi tim yang dibentuk dengan anggaran sangat terbatas.

"Setelah pertandingan, kami saling memandang dan bahkan tidak marah, karena semuanya berakhir hampir di saat dimulai," kata Francesco Acerbi kepada Sky Sport Italia.

"Kami menghabiskan begitu banyak energi mental di sepanjang perjalanan kami. Seminggu setelah Scudetto diputuskan, kami merasa bahwa setelah mengalahkan Bayern München dan Barcelona, kami benar-benar bisa memenangkan ini. Banyak orang mengatakan kami favorit, kami merasakan tekanan itu.

"Kami tiba di akhir musim dengan kondisi kosong melompong, sementara PSG sangat siap, mereka memainkan permainan sempurna, dan kami tak bisa berbuat banyak. Saat kami tertinggal 2-0, jika kami bisa membalas satu gol, mungkin situasinya akan berubah, tetapi kami tidak dalam kondisi 100 persen malam itu. Kami kalah, memang pantas."

Liga Champions merupakan perjalanan yang sangat mendebarkan, terutama saat terjadi sepasang hasil seri 3-3 dengan Barcelona di semifinal, yang akhirnya ditentukan lewat perpanjangan waktu. Gol Acerbi lah yang memaksa perpanjangan waktu pada leg kedua di San Siro, dicetak sambil mengenakan sepatu yang berlubang.

Namun, ia memastikan ini bukan kepura-puraan atau takhayul, melainkan sekadar rasa nyaman.

"Saya membuat lubang di sepatu bola saya karena jari kaki saya memar parah, warnanya hitam karena memar, dan sakit. Jadi saya melubanginya agar lebih banyak ruang, saya mulai melakukannya sejak November," tambahnya.

"Saya selalu merasa sakit saat memakai sepatu, dan jika sepatu itu nyaman, itu lebih penting daripada terlihat bagus. Saya dari generasi yang lebih tua, kami bermain kapan saja, dalam kondisi apa pun."