Pengamat F1 Anggap Penalti Oscar Piastri di GP Brasil Tak Masuk Akal

Penulis: Abdi Ardiansyah

Rabu 12 Nov 2025, 09:20 WIB - 307 views

Berita F1: Oscar Piastri harus menerima hukuman 10 detik serta dua poin penalti setelah terlibat insiden pada restart lap keenam Grand Prix São Paulo 2025. Pebalap McLaren itu bersenggolan dengan Kimi Antonelli ketika memperebutkan posisi kedua di tikungan pertama, yang akhirnya juga membuat Charles Leclerc tersingkir dari balapan.

Lando Norris Dipuji Usai Catat Kemenangan di Sao Paolo

Meskipun para steward menilai Piastri sepenuhnya bersalah, banyak pihak menilai keputusan tersebut terlalu keras. Martin Brundle, mantan pebalap sekaligus komentator F1, menganggap insiden itu tidak sesederhana kesalahan tunggal. Menurutnya, ada faktor eksternal yang ikut menyebabkan kontak antara kedua mobil.

“Masalah bagi Oscar adalah dari tampak awal, situasinya memang terlihat buruk. Ia mengunci rem, menabrak bagian belakang mobil Antonelli, dua mobil terlibat insiden termasuk satu yang langsung gagal finis, dan dia sempat naik dua posisi,” ujar Brundle.

Ia menambahkan bahwa seharusnya steward mempertimbangkan kondisi saat itu, di mana Piastri ditekan dari sisi luar dan tidak memiliki banyak ruang untuk bermanuver. “Hukuman itu sangat keras. Ada alasan yang meringankan karena dia ditekan oleh mobil Mercedes, yang ikut memicu lock-up dan kontaknya. Hukuman lima detik masih bisa diterima, tapi sepuluh detik terlalu berlebihan,” jelasnya.

Menurut Brundle, menyebut insiden itu sebagai “racing incident” memang bisa dianggap terlalu lunak, namun keputusan penalti penuh juga tidak realistis. Ia menilai FIA perlu lebih konsisten dalam menilai insiden yang terjadi di tengah tekanan dan jarak antar mobil yang sangat sempit.

Akibat penalti tersebut, posisi finis Oscar Piastri merosot ke urutan kelima dan peluangnya dalam perebutan gelar juara dunia semakin menipis. Ia kini tertinggal 24 poin dari rekan setimnya, Lando Norris, dengan hanya tiga seri tersisa di musim ini.

Brundle menilai bahwa insiden seperti ini seharusnya menjadi pelajaran bagi FIA agar menilai konteks balapan secara lebih menyeluruh, bukan hanya hasil dari satu cuplikan kejadian. Ia menegaskan bahwa keputusan terlalu keras seperti ini dapat merusak semangat kompetitif antarpebalap di sisa musim.