Kanal

Kisah Tak Terduga Moses Itauma: Dari Rasisme di Slovakia Kini Jadi Bintang

Penulis: Hanif Rusli
22 Agu 2025, 17:23 WIB

Dari rasisme di Slovakia hingga kelaparan di Inggris, perjalanan Moses Itauma jauh dari biasa. (Foto: The Ring)

Sedikit yang menduga bahwa kisah besar tinju kelas berat berikutnya akan bermula di Kezmarok, sebuah kota kecil di timur Slovakia yang dulu terkenal dengan pasar keju. Namun, di sinilah, pada tahun 2004, Moses Itauma—yang dijuluki Enriko oleh ibunya—lahir.

Hari ini, di usia 20 tahun, Itauma berada di ambang kejayaan kelas berat, dengan kemunculannya yang gemilang menjadi simbol ketahanan melawan kesulitan dan prasangka.

Perjalanan Itauma berbelok ketika rasisme memaksa ayahnya yang berasal dari Nigeria dan ibunya yang berasal dari Slovakia untuk meninggalkan Slovakia.

Saudaranya, Samuel, yang berkulit lebih gelap daripada yang lain, pernah dikurung secara kejam di dalam lemari di rumah sakit, dan anak-anak setempat menolak bermain dengannya.

Akhirnya, keluarga tersebut pindah ke Inggris, di mana Moses bergabung dengan orang tuanya dan saudara kandungnya, Karol, pada tahun 2008.

Menetap di Chatham, Kent, kedua saudara itu bersekolah di sekolah dengan tradisi tinju yang kuat.

Karol menemukan St Mary’s Amateur Boxing Club terlebih dahulu, dan Moses mengikuti, meski enggan. “Setelah lima atau enam sesi, saya berhenti dan kembali ke sepak bola,” kenangnya.

Namun, kebosanan membawanya kembali ke gym pada usia sembilan tahun, dan segera, tinju menjadi hidupnya.

Kedua saudara itu saling mendorong tanpa henti. Karol kemudian memenangkan medali emas Olimpiade Pemuda pada 2019, sementara Moses berkembang pesat, mendominasi kelompok usianya.

Pada usia 14 tahun, dia mengalahkan lawan-lawan internasional berpengalaman, dan segera menjadi juara Eropa dengan setiap kemenangan melalui KO ronde pertama.

Dia kemudian menambahkan medali emas dunia pemuda, mengukuhkan reputasinya sebagai prospek berat muda terbaikk di Inggris.

Kemudian datang pandemi, menghentikan kompetisi amatir. Namun Itauma, yang saat itu berusia 15 tahun, menemukan jalan lain—berlatih dengan petinju profesional.

Lawrence Okolie masih mengingat sesi latihan itu sebagai yang paling berat dalam hidupnya, sementara Moses Itauma juga berbagi ring dengan Anthony Joshua, Joe Joyce, dan Daniel Dubois.

Pelatih Shane McGuigan bahkan mengatakan kepada George Groves: “Anak itu adalah petinju berusia 15 tahun terbaik yang pernah saya lihat.”

Meskipun memiliki latar belakang yang mengesankan, Itauma melewatkan jalur Olimpiade. Kemiskinan memaksanya untuk melakukannya.

“Kami makan mayones dan nasi untuk makan malam—atau kadang-kadang tidak makan sama sekali,” katanya.

Pelatihnya, Dan Woledge, turun tangan untuk membantu, dan akhirnya promotor Hall of Fame Frank Warren menandatanganinya.

Pada ulang tahunnya yang ke-18, Itauma menjadi profesional, membawa rekor amatir tak terkalahkan 24-0.

Sejak debutnya pada Januari 2023, Moses Itauma (13-0, 11 KO) hanya membutuhkan 26 ronde untuk membangun resume-nya.

Kemenangannya yang spektakuler dalam 119 detik atas mantan penantang gelar dunia Dillian Whyte di Riyadh melambungkan namanya ke sorotan global, memicu perbandingan tak terhindarkan dengan Mike Tyson.

Dunia tinju Inggris, yang bersiap menghadapi era pasca-Anthony Joshua, kini memiliki panutan barunya.

Meskipun masih mentah, seruan agar ia bertarung melawan Oleksandr Usyk mencerminkan ekspektasi yang sangat tinggi.

Usyk, dengan lebih dari 350 pertandingan amatir dan karier profesional yang tak terkalahkan, mewakili puncak olahraga ini. Bagi Itauma, pertanyaannya bukan apakah, tetapi kapan.

Dari rasisme di Slovakia hingga kelaparan di Inggris, perjalanan Moses Itauma jauh dari biasa.

Namun, kisahnya yang dibentuk oleh kesulitan telah menempatkannya sebagai calon juara dunia kelas berat—dan mungkin wajah baru tinju global.

Artikel Tag: Moses Itauma

Berita Terkait

Berita Terpopuler Minggu Ini

Berita Terbaru