Menuju Cincinnati, Ini Pandangan Cori Gauff Seputar Kiprah Petenis AS
Cori Gauff [image: Cincinnati Open]
Berita Tenis: Bagi petenis AS dengan peringkat tertinggi, Cori Gauff, musim hard-court di AS adalah saat segalanya berubah drastis, apakah itu permainan klasik atau modern.
Idenya tetap sama, yaitu tampil maksimal di hadapan penggemar tuan rumah di Cincinnati Open sebelum akhirnya menuju Grand Slam terakhir musim 2025, US Open.
“Anda hanya ingin mengerahkan semua kemampuan anda pada periode ini dalam satu musim,” seru Gauff. “Rasanya seperti menekan tombol nitro dan mengerahkan segalanya. Anda baru saja di lapangan dan berpikir, ‘Saya ingin mengerahkan segalanya’.”
Juara French Open musim 2025 memimpin jajaran petenis berbakat AS, negara yang memiliki empat petenis di peringkat 10 besar, termasuk Jessica Pegula (peringkat 4 dunia), Madison Keys (peringkat 6 dunia), dan Amanda Anisimova (peringkat 8 dunia). Sementara Emma Navarro yang baru masuk peringkat 10 besar pada bulan Juni, berada di peringkat 11 dunia.
Di nomor putra, Taylor Fritz berada di peringkat 5 besar dan Ben Shelton mendekati peringkat tersebut setelah ia memenangkan gelar Masters pertama dalam kariernya di Toronto. Sementara Frances Tiafoe dan Tommy Paul berada di peringkat 20 besar. Hal tersebut mencuatkan pertanyaan, adakah persaingan yang bersahabat antara petenis putra dan putri AS, siapa yang bisa meraih lebih banyak kesuksesan?
“Kompetisinya tidak terlalu sengit, tanpa bermaksud menyinggung (para petenis putra),” jawab Gauff sambil tertawa.
“Kami mendapati petenis AS di empat final Grand Slam secara beruntun, jadi, saya pikir kami melakukannya dengan cukup baik, mereka terus mengejar.”
Namun, Gauff masih memiliki visi demi masa depan dan menambahkan, “Saya ingin melihat dalam hidup saya bahwa petenis putri dan putri AS memenangkan Grand Slam yang sama, itu akan luar biasa. Di US Open musim lalu, mereka berdua berada di final (Pegula dan Fritz), jadi, mudah-mudahan US Open musim ini, beberapa keajaiban bisa terjadi.”
Petenis berusia 21 tahun kurang lebih telah melakukan bagiannya dengan memenangkan dua gelar Grand Slam, termasuk gelar French Open musim ini usai mengalahkan Aryna Sabalenka di final.
Diunggulkan di Cincinnati Open musim ini, turnamen WTA level 1000 tersebut masih memiliki tempat istimewa dalam hati petenis AS. Pada musim 2023, ketika ia masih berusia 19 tahun, ia menjadi juara putri termuda dalam sejarah turnamen tersebut. 20 hari setelah itu, ia memenangkan gelar Grand Slam pertama dalam kariernya di US Open.
“Saya pikir itu sangat penting, karena itu memberi saya keyakinan bahwa saya bisa memenangkan Grand Slam,” tutur Gauff.
“Saya tidak menyangka itu akan terjadi tidak lama setelahnya. Saya hanya berpikir itu akan terjadi pada akhirnya. Orang-orang memiliki ekspektasi, jadi bagi saya, itu sangat berarti. Saya hanya merasa ini adalah turnamen yang penting dan membuat saya yakin bahwa saya bisa mengalahkan petenis terbaik dunia.”
Di Cincinnati Open musim ini, Gauff akan mengawalinya dengan menghadapi Wang Xinyu di babak kedua setelah petenis berkebangsaan Cina mengalahkan petenis berkebangsaan Kolombia, Emiliana Arango dengan 7-6, 6-3.
Pemenang pertandingan tersebut berpeluang berjumpa petenis unggulan ke-32, Dayana Yastremska atau Viktoriya Tomova di babak ketiga. Petenis berkebangsaan Bulgaria, Tomova mengalahkan petenis AS, Ann Li dengan 6-4, 7-5 di babak pertama.
Artikel Tag: Tenis, Cincinnati Open, Cori Gauff