Haas Ingatkan F1: Format Baru Grid Terbalik Bukan Langkah yang Tepat
Balapan Formula 1 GP Hungaria
Berita F1: Bos tim Haas, Ayao Komatsu, memberikan peringatan keras terkait wacana perubahan format balapan Formula 1 yang digagas CEO F1, Stefano Domenicali. Menurutnya, ide balapan dengan sistem grid terbalik bisa membahayakan dan berpotensi merusak identitas asli ajang balap jet darat.
Formula 1 kembali menjadi sorotan setelah CEO Stefano Domenicali membuka kemungkinan adanya perubahan besar dalam format akhir pekan balapan, termasuk penerapan sistem balapan grid terbalik. Namun, gagasan tersebut langsung menuai kritik dari sejumlah pihak, salah satunya bos tim Haas, Ayao Komatsu.
Komatsu secara tegas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap ide tersebut. Menurutnya, sistem grid terbalik—di mana posisi start pembalap ditentukan secara terbalik dari hasil kualifikasi atau klasemen—tidak sesuai dengan karakter asli F1.
“Saya pribadi bukan penggemar reverse grid,” tegas Komatsu dikutip RacingNews365. “Saya tidak berpikir itu bagian dari DNA Formula 1. Kami juga bukan olahraga dengan sistem balance of performance. Begitu F1 ke arah sana, saya rasa itu bisa cukup berbahaya. Tapi itu hanya pendapat pribadi saya.”
Memang, wacana ini muncul setelah Domenicali menyinggung perlunya format baru untuk membuat balapan F1 lebih menarik, seiring dengan perubahan tren penonton generasi muda yang cenderung menyukai tontonan singkat. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah memperkenalkan balapan dengan jarak lebih pendek dan format grid terbalik untuk meningkatkan aksi saling salip.
Namun, Komatsu menilai mengurangi jarak balapan justru bisa mengurangi esensi Formula 1. “Menurut saya, jarak 300 kilometer adalah bagian dari DNA F1,” ujarnya. “Sekarang kita sudah punya sprint race sejauh 100 km, itu bagus. Tapi balapan hari Minggu, idealnya, tetap di sekitar 300 km karena di situ strategi ban benar-benar berperan.”
Komatsu menambahkan bahwa dengan durasi penuh, variasi strategi seperti dua hingga tiga kali pit stop bisa memunculkan banyak drama dan aksi sepanjang lomba. Ia mencontohkan GP Bahrain, di mana perbedaan strategi ban menghasilkan tontonan seru.
Sebaliknya, jika balapan dipangkas menjadi hanya sekali pit stop, ia khawatir jalannya lomba akan monoton. “Kalau semua orang berhenti di lap 15 lalu tidak ada yang terjadi sampai akhir, itu bukan DNA F1,” tutupnya.
Artikel Tag: F1 2025, Ayao Komatsu, Haas, Formula 1